Part 9 - Naga (End)
Seorang pria terlihat serius
membolak-balik katalog sambil sesekali mengetikkan sesuatu di laptopnya. Merasa
terganggu dengan anak rambut yang menutupi matanya, pria itu kemudian berhenti
sejenak dari kegiatannya. Dia melingkarkan karet rambut seadanya untuk
merapikan rambut gondrongnya. Suara pintu diketuk dari luar terdengar keras.
“Ya, silakan masuk.” Seru pria
gondrong tadi.
“Bang, ada client di depan. Katanya udah ada janji siang ini.” Kata pria yang
tadi mengetuk pintu.
“Suruh masuk aja, gue juga lagi
ngerjain punya dia.”
“Siap, Bang.” Pria pengetuk
pintu itu pergi dan beberapa saat kemudian kembali lagi dengan ditemani
sepasang pria dan wanita. “Ini Bang, gue tinggal ya.”
“Silakan duduk, mbak Sari, mas
Agung.” Kata pria gondrong sambil berjalan menuju sofa empuk yang memang
disediakan untuk para clientnya.
“Iya Pak Naga, gimana udah ada
gambaran buat konsep pernikahan yang kita mau?” Tanya wanita yang tadi
dipanggil mbak Sari oleh pria gondrong yang ternyata adalah Naga.
“Sudah dua kali konsultasi masih
aja manggil saya Pak, mbak. Manggil nama aja nggak papa kok.” Kata Naga
diiringi dengan senyuman.
“Iya sayang, panggil aja Naga.
Mukanya emang tua, tapi dia itu adik angkatan aku waktu kuliah loh.” Seloroh
Agung sambil terkekeh. Naga kemudian ikut tertawa.
“Yaudah, jadi gimana Ga?”
kemudian Naga dengan semangat menjelaskan konsep yang sudah dari tadi ia
rancang sambil memperlihatkan beberapa detail yang sudah dia catat di
laptopnya.
Beberapa puluh menit setelahnya,
client Naga bersiap-siap pergi.
”Lo jangan ngonsepin nikahan
orang mulu, Ga. Konsepin nikahan lo juga dong.” Canda Agung yang dibalas Naga
dengan kekehan.
“Halah mas, gampang itu mah. Gue
lagi nungguin orang.” Jawab Naga santai. Kemudian Agung dan Sari berpamitan dan
meninggalkan ruangan kecil itu.
Setelah benar-benar sendiri,
Naga melamun. Menerawang kejadian di masa lampau, tepatnya lima tahun yang
lalu. Sekarang usia Naga sudah 27 tahun, tapi dia masih belum berpikiran untuk
menikah. Padahal dia sendiri sudah sukses mewujudkan pernikahan impian berpuluh-puluh pasangan. Meski lulus dari jurusan PR, Naga ternyata tidak berminat sama
sekali untuk berkarir di bidang yang sesuai dengan jurusannya. Dia justru
banting setir dan membuka jasa wedding
organizer bersama Harun, si pengetuk pintu tadi dan dua temannya yang lain,
sejak lulus dari PR. Pertanyaan soal
pernikahan untuk Naga sendiri bukan hal yang baru. Hampir tiap clientnya pasti bertanya-tanya kenapa
Naga masih saja belum menikah, padahal dengan melihat hasil kerja wedding organizer Naga, clientnya selalu berpikir bahwa Naga
belajar dari konsep pernikahannya terdahulu. Sayangnya Naga memang masih
sendiri, dia masih menunggu seseorang.
Naga kemudian membuka smartphonenya. Matanya menelusuri
nama-nama yang ada di kontak aplikasi messengernya.
Nama yang ia cari sekarang sudah ada di layar, tapi Naga masih ragu untuk
mengirim pesan atau menelepon orang itu. Naga yang melamun kembali, tersadar
sesaat setelah ringtone smartphonenya berbunyi. Naga mengucek
matanya, memastikan nama yang ada di layar memang benar nama orang itu. Naga
kemudian menggeser tombol hijau dan mendapati wajah ceria di layar smartphonenya sedang menatapnya.
“Naga!” seru pemilik wajah ceria
itu. Naga menelan ludah, mencoba biasa saja.
“Kirana……” Naga mengucap pelan
itu kemudian senyum yang sangat manis terpampang di wajah keduanya, Naga dan Kirana.
---end---
Komentar