Part 6 - Memilih
Mango smoothies di depan Kirana sudah hampir habis, tapi orang yang
ditunggu Kirana tidak kunjung datang. Semalam Kirana sudah sampai di Bandung
lagi dan langsung mengiyakan ajakan bertemu dari Bayu untuk hari ini. Tapi
sudah 20 menit Kirana menunggu, Bayu masih tidak terlihat batang hidungnya.
Beberapa saat kemudian, Kirana yang duduk tepat di samping jendela café melihat Bayu yang berlari-lari dari
arah kampus. Denting lonceng di atas pintu terdengar bersamaan dengan
kemunculan Bayu di café bertema music and art ini.
“Maaf ya Ran, aku tadi rapat.
Aku kira bakal selesai tepat waktu, ternyata molor lama banget. Kamu udah
nunggu lama?” suara Bayu terdengar terengah-engah. Kirana hanya tersenyum dan
menyuruh Bayu duduk.
“Kamu pesan dulu aja Bay.” kata
Kirana sambil menyodorkan menu yang tadi diberikan waiter padanya.
Bayu membolak-balik buku menu
kemudian segera memanggil waiter
untuk memesan. Bayu yang sudah mulai bisa mengatur napasnya melemparkan senyum
pada Kirana.
“Makasih ya Ran sudah mau ketemu
aku lagi. Padahal terakhir kali kita ketemu bukan pertemuan yang baik dan….”
Kirana langsung memotong ,“I am ok, udah ya nggak usah dibahas.”
“Tapi aku memang mau bahas itu
Ran, aku mau memberikan kejelasan untuk kamu. Karena aku tau, alasanku waktu nonsense banget. Dan mungkin setelah
itu, kamu juga denger-denger gosip nggak enak.”
“Tepatnya aku yang digosipin
sih, entah kenapa mereka malah mikir aku sama Naga.”
“Aku minta maaf, Ran. Waktu itu,
aku memang lagi sibuk karena baru awal masuk BEM dan impianku adalah jadi ketua
BEM. Terus, ternyata ada satu cewek yang ngedukung aku banget buat dapetin
impian aku. Sedangkan kamu di saat itu malah terkesan nggak tertarik kalo aku
ceritain soal itu.” Bayu menghela napas dan menyeruput orange juice yang baru saja diantarkan.
“Akhirnya aku malah jahat ke
kamu, aku mulai intens komunikasi
sama cewek ini dan nggak ngegubris kamu. Waktu aku mutusin kamu, itu karena aku
mikir kayanya lebih baik aku pacaran sama cewek ini disbanding sama kamu yang
bahkan nggak ngedukung impian aku.” Bayu melanjutkan. Kirana yang masih shock hanya diam dan serius
mendengarkan.
“Memang sih, setelah putus dari
kamu, aku akhirnya pacaran sama cewek ini. Tapi ternyata cewek ini pergi gitu
aja setelah aku nggak dapet posisi ketua BEM. Ya, dia cuma ingin ikut terkenal
sebagai pacar ketua BEM, bukannya bener-bener mau jadi cewek aku. Setelah itu,
aku masih nggak papa Ran. Tapi, beberapa bulan ini aku denger kamu pacaran
dengan Naga, cowok gondrong yang dulu kata kamu temen satu kelompok waktu ospek
itu. Aku kaget dan aku cemburu Ran.” Bayu mengakhiri kata-katanya kemudian
kembali menyeruput orange juice
hingga hampir tandas.
Kirana berdeham, “Jadi intinya?”
“Ya, aku cuma menjelaskan aja
masalah yang dulu. Biar kita bisa sama-sama introspeksi diri dan kamu juga
nggak mikir macam-macam tentang aku.” kata Bayu dengan cepat.
Kirana yang bingung malah dengan
refleks menatap lonceng di pintu masuk yang kembali berdenting tanda ada orang
masuk. Naga.
“Na, lo di sini?” Tanya Naga
yang dengan mudah mendapati Kirana sedang duduk berhadapan dengan Bayu. Naga
yang menyadari ada Bayu juga hanya tersenyum ala kadarnya dan dibalas oleh Bayu
dengan senyum yang sama.
“Eh, iya Ga. Gue lagi ngobrol
sama Bayu.” Kata Kirana kikuk.
“Oh, yaudah gue juga cuma mau takeaway kok. Take your time Na.” Naga kemudian pergi menuju kasir untuk memesan
pesanannya. Kemudian beberapa menit kemudian, Naga kembali pergi meninggalkan
situasi kikuk antara Kirana dan Bayu.
“Kalo aku liat kayanya gosip itu
nggak bener ya Ran. Kamu nggak ada apa-apa kan sama Naga?” Tanya Bayu
penasaran. Kirana hanya mengangguk.
“Syukurlah. Jadi, Ran, aku
sebenarnya ingin banget mulai dari awal cerita kita. Aku ingin memperbaiki
hubungan di antara kita.”
“Bay…. Jujur, setelah hampir
tiga tahun ini kamu pergi, kamu masih ada di sini..” Kirana menunjuk ke dalam
dadanya, “tapi untuk kembali lagi secepat ini, aku belum bisa. Aku belum yakin.
Memang dari cerita kamu tadi, aku sadar pisahnya kita memang bukan cuma salah
kamu tapi juga aku. Tapi aku tetap masih belum yakin dengan kamu.”
“Well, aku tau kok Ran. Nggak mudah untuk memulai lagi apalagi
benangnya udah kusut begini. Kamu mungkin susah percaya sama aku, tapi aku bisa
buktiin nanti Ran kalo kita udah bareng lagi.” Kirana hanya terdiam. Kemudian
menyeruput minumannya yang sudah tidak dingin itu sampai habis.
“Kemarin kamu pulang ya? Apa
kabar om Ernan sama tante Asna?” Bayu mengalihkan pembicaraan.
“Iya, semalam juga baru sampe
lagi di Bandung. Mereka berdua baik kok. Kok kamu tau?”
“Kemarin aku ke rumah kak Dewi.
Hahaha, yah dan mereka kelihatan masih marah sama aku. Siapa juga kakak yang
nggak marah kalo adiknya diginiin kan? Tapi aku ceritain semua ke mereka.
Syukurlah mereka memaklumi itu dan yaa…. mereka juga paham kalo masalah cinta
di umur kita yang begini-begini.”
“Kok kak Dewi sama kak Galih
nggak cerita ya ke aku?”
“Iya, aku minta mereka buat
nggak cerita ke kamu. Takutnya kamu ngira aku nyuruh mereka buat ngerayu kamu
biar balikan sama aku lagi.” Kirana hanya tersipu. Sebenarnya Kirana malu, dulu
Bayu dengan mudahnya meninggalkan Kirana tapi sekarang Kirana dengan mudahnya
menerima kedatangan Bayu kembali. Meskipun belum tahu pasti, apa yang akan
terjadi antara Kirana dan Bayu.
“Yaudah, Bay. Sudah sore.
Kayanya lebih baik aku pulang.”
“Aku nggak menuntut jawaban kamu
secepatnya Ran, tapi aku berharap banget kamu mau pertimbangin aku lagi.” Kata
Bayu lirih sambil menggenggam erat tangan Kirana. Tanpa sadar, mata Kirana
mulai berair tapi dengan cepat ia menyekanya.
“Iya, yaudah aku pamit ya.”
Sore itu setelah pertemuan
dengan Bayu, untungnya sudah tidak ada kelas yang harus Kirana masuki. Kirana
kemudian melenggang ke depan kampus, karena Naga tadi menawarinya pulang
bersama. Mobil Jazz silver berhenti di samping Kirana.
“Yuk masuk Na.” ajak Naga dari
dalam mobil. Kirana hanya melempar senyum kemudian segera masuk ke dalam mobil.
Setelah memasang seatbelt, tangan Kirana sibuk mencari playlist kesukaannya di music player mobil Naga.
“Gimana tadi?” Tanya Naga sambil
masih menatap lurus ke jalanan.
“Ya lo tau lah.” Kata Kirana
yang akhirnya berhasil mendapatkan playlist
kesukaannya. Suara Megan Trainor mengalun lembut.
“Ngajak balikan ya Na?”
“Iya gitu deh Ga. Gue bingung
sih, tadi dia juga jelasin kalo dulu tuh pas mutusin gue juga gara-gara gue
nggak ngedukung mimpi dia buat jadi ketua BEM. Terus taunya ada cewek yang
ngedukung dia tuh, yaudah deh dia akhirnya merasa bahwa cewek itu lebih baik dari
gue.”
“Terus?”
“Ya sedikit demi sedikit, gue
nyadar sih betapa dulu gue pengennya didengerin doang. Pas dia pengen
didengerin, gue kaya males-malesan.”
“Berarti lo mau balikan?”
“Belum tau Ga, gue bingung dan
nggak yakin sih sama dia. Errrr....maksud gue belum yakin gitu.”
“Kalo belum, berarti ada
kemungkinan akan dong?”
“Yaaa, kita lihat nanti deh Ga.”
Sesampainya di rumah, setelah
sebelumnya mengantar Kirana ke rumahnya, Naga duduk sambil memandangi jendela
di kamarnya. Di luar sana, matahari masih menampakan sedikit cahaya
kemerahannya. Tanda senja akan segera hilang digantikan sang malam. Naga masih
terngiang-ngiang dengan percakapannya tadi dengan Kirana di mobil. Maunya sih gue yang bahagiain lo Na, karena
gue tau Bayu itu kaya apa. Tapi kalo nyatanya lo justru bahagia bukan dengan
gue, apa yang bisa gue lakuin? Naga dalam hati.
Keesokan paginya, Naga
dikagetkan dengan suara cempreng milik Kirana. Karena masih mengantuk, Naga
mengira suara itu hanya halusinasi sehingga Naga malah merapatkan kembali selimutnya.
Tarikan kasar selimutnya akhirnya berhasil membuat Naga membuka matanya.
Ternyata suara Kirana nyata, sekarang Naga bisa melihat wajah cengengesan milik
Kirana menyambutnya.
“Kita kuliah pagi, Ga. Udah
pukul 7. Sana siap-siap.” Kata Kirana, kemudian Kirana melenggang entah ke
mana.
Naga melihat jam di mejanya
kemudian segera beranjak ke kamar mandi. Friday
is a long day.
Ternyata tadi Kirana melenggang
menuju dapur dan kini yang dilihat Naga adalah beberapa tumpuk roti bakar selai
dan segelas susu coklat kesukaannya.
“Makan gih.” Kata Kirana. Naga
hanya menatap bingung kemudian mengambil dua tumpuk roti bakar selai dan
melahapnya.
“Gue kaya mencium gelagat aneh
dari lo deh Na.” Naga angkat bicara, masih dengan beberapa kunyahan di
mulutnya.
“Jadi…… gue no
galau-galau lagi Ga. Gue mau yakin untuk menatap masa depan. Lagian udah mau
akhir semester 6, gue juga harus siapin skripsi gue. Gue nggak bisa lah ngeliat
masa lalu mulu, ya kan?” Naga yang mendengar langsung dari Kirana langsung
berubah semangat. Apa itu artinya lo mau
buka hati buat orang lain Na? harap Naga dalam hati.
“Terus akhirnya gue menentukan
pilihan gue deh Ga.”
“Pilihan apa tuh?” Tanya Naga
agak over excited.
“Gue mau maafin Bayu dan memulai
yang baru deh dengan Bayu.” Naga berhenti mengunyah seketika. Hampir saja dia
tersedak, tapi untungnya masih bisa menelan sisa-sisa roti di mulutnya. Ini namanya menatap masa depan Na? Masa
depan apaan? Gue bahkan dengan jelas ngeliat lo bakal jatuh ke lubang yang sama
lagi, skeptis Naga masih di dalam hati.
Dengan malas, Naga tidak menanggapi kata-kata
Kirana dan hanya mengambil tasnya. Kemudian Naga melenggang ke garasi untuk
segera menaiki mobilnya. Kirana yang tidak diberi tahu apa-apa akhirnya berlari
menyusul Naga.
Next
Komentar