Part 1 - Tiga Tahun yang Lalu

Hujan rintik-rintik menemani senja hari itu. Kirana sambil memilin-milin rambutnya tersenyum sambil sesekali tertawa lirih. Matanya tidak lepas dari smartphone yang ada digenggamannya. Matanya kemudian memandang lepas menuju jendela yang basah akibat air hujan. Ia menerawang, memastikan bahwa langit yang kini dilihatnya masih sama seperti yang mungkin dilihat oleh Bayu jauh di sana. Kirana tersenyum sedih, padahal dia sudah tahu pasti bahwa inilah risikonya jika menerima Bayu menjadi kekasihnya. Bayu sedang kuliah, tepatnya di universitas yang berjarak lebih dari 400 kilometer dari Kirana yang duduk di pinggiran kasurnya itu. Sudah sekitar delapan bulan yang lalu, Kirana dan Bayu akhirnya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Tepat sebelum Bayu berangkat menuju tempat perantauannya. Kirana yang memang sudah memendam perasaan pada Bayu, kakak kelasnya semenjak dia menginjakkan kaki di SMA Harapanpun, akhirnya mengiyakan saat Bayu memintanya menjadi kekasih.
Kembali Kirana melihat smartphonenya. Sebuah video call dari Bayu masuk. Wajah ceria Kirana muncul kembali. Setelah merapikan rambutnya sedikit, dia menggeser tombol hijau. Dari layar smartphone terlihat wajah Bayu yang tersenyum lebar.
“Raaaan…” Bayu menatap Kirana intens. Kirana di sini tersipu malu kemudian malah membuat berantakan rambut yang sudah ia rapikan tadi.
“Bayu, kok tiba-tiba video call? Kan tadi kita lagi chat.”
“Abis kamu lama banget balesnya, lagian ini kan malam minggu. Karena aku nggak bisa ke sana yaa cuma bisa video call deh.”
“Kamu sibuk sampai kapan Bay?”
“Ya, sampai semester dua ini selesai sih Ran. Maklum praktikum pertama di kampus kan. Jadi aku masih kaget dan harus bener-bener bagi waktu biar semua selesai pada waktunya.”
“Yaudah nggak papa Bay, lagipula aku juga sekarang udah harus fokus sama sekolah. Bentar lagi mulai try out segala macem kan.”
“Ciyeee, setidaknya beberapa bulan lagi kamu juga bakal lepas dari seragam putih abu-abu dong.”
“Iya dong, ntar aku susulin kamu ya hahaha.”
“Serius Ran?”
“Kayanya sih Bay, toh aku ada jurusan yang syukurnya ada di universitas kamu sekarang. So, kenapa nggak aku nyoba ke sana kan?”
“Aku seneng banget serius! Pokoknya aku bakal berdoa biar kamu bisa masuk ke sini, biar kita bisa bareng lagi ya hehehe.”
“Iya, amin Bay.”
“Emang jurusan apa, sayang?”
Public Relations Bay. Aku baca-baca sih di sana akreditasinya bagus untuk PRnya. Ya nggak?”
“Betul banget, kemarin kan waktu ospek aku ada temen yang di PR, ya dia pilih sini juga karena itu Ran. Yaudah, kamu rajin belajar ya sayang. Jangan lupa berdoa juga dan minta restu orang tua. Ok?”
“Siap kakak Bayuuuu.” Kirana menjulurkan lidahnya. Kirana memang tahu pasti kalau Bayu paling nggak suka dipanggil kakak olehnya. Akhirnya yang ada di layar sekarang, Bayu dengan muka cemberut yang dibuat-buat. Tentunya berhasil membuat Kirana semakin gemas dan ingin bertemu dengan Bayu.

“Ih, ngambek ah ngambek.” Bayu masih memertahankan duck facenya yang sangat dibuat-buat. Kemudian suara tertawa mereka berdua terdengar renyah. 
Sore itu, meski hujan, Kirana dan Bayu mengisinya dengan keceriaan dan saling menghapus rindu.


Next
Part 2 - Tiga Tahun Kemudian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 2 - Healing Time

Produktif

Review Makanan - Special Malang