color of life

Hm, kalian pernah nggak sih ngerasain hidup itu sama sekali nggak produktif? Buat yang masih kuliah, kerjaannya cuma kuliah pulang kuliah pulang. Buat yang udah kerja, kerjaannya cuma berangkat kerja, kerja hampir delapan jam sehari, terus pulang tidur. Nggak salah sih sebenarnya kalo kayak gitu. Tapiiii, yakin nggak mau hidupnya lebih berwarna? Hidup cuma sekali loh (ini bagi yang nggak mempercayai konsep reinkarnasi yaaa). Tbh, aku juga bukan orang yang produktif-produktif amat. Kerjaannya ya cuma gitu-gitu aja. Beruntungnya sih banyak orang di sekeliling aku yang mendorong aku lebih produktif. Entah dari pihak keluarga, teman, maupun pacar. Bahkan kadang aku sampai ngerasa "duh, kenapa pada cerewet amat sih. Kan aku pengen  gegoleran  aja." Nah, jadi dari sekian hal yang bisa kamu lakukan buat bikin hari-harimu produktif adalah, pertama, kamu bisa mulai menekuni hobi-hobi lama kamu yang semakin terbengkalai karena rutinitas sehari-harimu. Contoh, hobiku adalah bac

Perlu readers ketahui, rumahku berada di bagian selatan kota Pemalang. Sebuah kota yang mungkin masih asing di telinga orang kebanyakan karena memang tidak seterkenal kota tetangganya yaitu Pekalongan dan Tegal.  Nama desa yang aku tinggali adalah Randudongkal yang berjarak kira-kira 30 km dari Pemalang. Dari jaman SMA, aku terbiasa naik bus dari Randudongkal ke Pemalang karena sekolahku memang ada di Pemalang. Untuk anak sekolah, tarif yang dikenakan berkisar 2000-3000 rupiah. Murah memang, tapi jangan harap bisa dihargain atau setidaknya diramahin sama sopir atau kondektur. Waktu itu (sepertinya masih sampai sekarang), anak sekolah sangat didiskriminasi sekali. Karena tarif yang harus kami bayarkan sangat murah dibandingkan penumpang umum, kami jarang diperbolehkan untuk duduk di kursi penumpang. Selain itu, kalo aku bawa tas yang agak gede (yes, jaman SMA bukunya emang segede itu), pasti langsung dicemooh atau dimarahin. Katanya sih menuh-menuhin. Nggak cuma itu, yang paling ng

Beberapa tahun yang lalu, tepatnya saat aku masih berumur 10 tahun, aku adalah seorang anak kecil (yang berperawakan besar) dan masih duduk di bangku SD. Masih ingat jelas waktu itu aku memiliki badan yang lebih besar dari anak yang lain. Hal ini menyebabkan aku memiliki banyak "panggilan sayang" dari beberapa teman SDku. Kebetulan lingkunganku memang masih banyak yang menganggap bahwa panggilan terhadap fisik seseorang itu lucu sehingga aku sampai dipanggil gendut, buldozer, dan gajah. Saat itu, aku masih ikut tertawa bahkan menganggap itu hanya candaan yang beberapa hari lagi juga hilang. Namun, karena lemak di tubuhku tidak juga hilang ternyata "panggilan sayang" itu masih ada bahkan sampai SMP. Lambat laun, aku merasa sedih. Aku menyadari bahwa tubuhku memang lebih besar dari anak yang lain. Bahkan pernah, seorang pegawai administrasi di SMPku yang terdahulu berkata begini padaku "Loh kamu bener anak SMP? Gede banget." Jangan tanya aku menjawab apa, k

Long time no see... Hari ini aku mau ceritain trip to Malang pas agustus kemarin. Trip kemarin itu trip kesekian gitu deh bareng mas pacar, tapi trip kali ini bener-bener niat to the max. Kenapa? Yaa, karena kami bener-bener persiapin dari hal remeh-temeh sampe hal penting. Mau tau apa hal remeh-temehnya? Yaps, outfit selama liburan di sini. Oke jangan ketawa. Kami nggak sehaus itu untuk bisa nambah like di instagram untuk foto ootd, tapi karena entah kenapa aku dan mas pacar sama-sama pengen keliatan lebih kece selama liburan, ya kita akhirnya nentuin dari awal outfit apa untuk ke mana. Udah deh jangan panjang-panjang intronya. Ini ceritanya juga panjaaaang banget, jadi stay tune ya. Day 1 – 24 Agustus 2015 Kami nyampe stasiun Malang tepat pas azan subuh berkumandang. Gila, dingin banget meeeen. Setelah ke toilet, kami langsung keluar stasiun dan berniat ke masjid terdekat untuk solat dan kalo bisa sih mandi. Bener aja, deket situ ada sebuah masjid dan kami langsung menunaikan