Part 3 - Tutup Telinga

Komisi disiplin dari berbagai fakultas masih berteriak-teriak nggak jelas. Alasannya hanya karena salah satu mahasiswa sengaja tidak potong rambut meski aturannya melarangnya demikian. Sayangnya, meski yang salah hanya satu, komisi disiplin itu bersitegas untuk tetap memarahi semua mahasiswa baru. Katanya, akibat keapatisan satu sama lain, ada yang masih melanggar peraturanpun nggak ada satupun yang menasehati. Mahasiswa gondrong yang justru cengengesan saat semua mata komisi disiplin menatapnya adalah Naga. Dan Kirana yang berdiri di tengah barisan mahasiswa baru hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kirana tahu Naga karena dia adalah teman satu kelompok ospek ini. Kirana bahkan sudah dari awal menasehati Naga untuk memotong rambutnya, tapi emang Naga sesongong itu akhirnya kena jugalah dia.
Kirana yang masih fokus melihat Naga yang sedang disemprot ketua komisi disiplin, melihat sekilas bayangan Bayu melewati koridor gedung yang tepat ada di depan Kirana. Bayu menatap sekilas ke arah barisan mahasiswa baru, setelah menemukan Kirana ada di dalamnya, dia melempar senyuman. Kirana hanya mencoba menelan senyuman balasannya karena takut ketahuan komisi disiplin. Kemudian, Bayu yang saat itu jalan bersama teman-temannya hilang begitu saja dari pandangan Kirana setelah mereka memasuki gedung.

Sorenya, setelah acara ospek hari terakhir selesai, Kirana segera bergegas menuju parkiran mahasiswa. Di sana sudah ada Bayu yang menunggunya. Kata Bayu dalam chatnya setengah jam yang lalu, Bayu ingin bertemu Kirana. Kirana mengulum senyum. Meski sudah sekitar dua minggu dia ada di kota yang sama dengan Bayu, justru baru hari ini mereka bisa bertemu dan mungkin keluar berdua. Keduanya memang sibuk dengan rutinitasnya masing-masing. Bayu yang ternyata mulai ikut organisasi BEM di fakultasnya dan tentu saja Kirana yang sibuk dengan tetek-bengek ospek universitas maupun jurusannya.
Kirana duduk di jok belakang motor Bayu. Mereka sedang menuju tempat makan dekat kampus untuk makan malam. Bayu sesekali melontarkan lelucon yang berhasil membuat Kirana tertawa. Tapi keadaan berubah total saat keduanya sampai di tempat makan. Sembari menunggu pesanan, wajah Bayu berubah serius. Kirana yang mengetahui bahwa akan ada obrolan serius juga berusaha untuk memendam rasa rindunya yang dari tadi ingin dia katakan pada kekasihnya, Bayu. Ternyata Bayu tidak segera memulai obrolan, karena katanya lebih baik untuk berbicara setelah perut diisi.
Lima belas menit piring dengan sendok dan garpu beradu, makanan yang disajikan sudah habis dan berpindah ke perut Bayu dan Kirana. Kirana yang merasa bahwa ini saatnya dia mengutarakan kerinduannya seketika berhenti saat Bayu memanggil namanya dengan lengkap. Ada yang tidak beres, Kirana dalam hati. Namun Kirana masih menunggu Bayu. Kata-kata berikutnya sangat mengagetkan Kirana. Bayu meminta hubungan yang baru 14 bulan berjalan ini berhenti sekarang. Alasannya? Entah, Kirana bahkan tidak fokus lagi setelah Bayu sudah mengatakan kata ‘udahan’. Sepertinya alasan Bayu sudah selesai dibicarakan karena Kirana sekarang sudah tidak mendengar apa-apa kecuali denting sendok dan garpu dari meja sebelah.
Setelahnya, Kirana hanya diam memandangi Bayu yang memasang muka bersalah. Memang, apa salahku sampai kamu begini Bay? tanya Kirana dalam hati. Bayu menggenggam tangan Kirana erat, masih tidak berhenti mengucap kata maaf. Lalu, jika maaf menyelesaikan segalanya, kenapa kamu tetap memilih pergi? Kirana masih bertanya-tanya dalam hati. Suaranya tak sanggup keluar saking kagetnya dengan apa yang terjadi malam ini. Bayu yang tidak tahu lagi harus berkata apa, akhirnya menawarkan Kirana untuk mengantarkannya pulang ke rumah. Kirana yang masih tidak sanggup berkata-kata hanya menggeleng dan dengan bahasa tubuhnya meminta Bayu pergi saja karena Kirana butuh sendiri.
Baru setelah Bayu pergi, Kirana bisa menitikkan air matanya sedikit demi sedikit. Sebuah sapu tangan tiba-tiba terulur di depan wajah Kirana. Sapu tangan berukir tulisan bersambung yang Kirana sempat baca bertuliskan Naga. Sapu tangan yang ternyata memang milik Naga, mahasiswa gondrong teman sekelompok ospeknya, diterima oleh Kirana. Segera dia hapus air matanya dengan sapu tangan biru itu. Sambil tersenyum perih, Kirana dengan lirih mengucap terima kasih.
Naga yang sebenarnya mendengar dari awal obrolan satu arah dari Bayu, hanya mengangguk dan menarik kursi di depan Kirana. Malam ini, Naga menemani Kirana yang hanya sesenggukan sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan miliknya. Naga tidak habis pikir atas alasan mantan kekasih Kirana. Beberapa kata pria tadi berputar di kepala Naga. Aku sibuk, aku merasa aku sudah nggak bisa jadi pacar kamu yang baik, aku bahkan baru sekarang bisa nemuin kamu, aku sayang kamu tapi kita emang udah nggak bisa bareng lagi. Brengsek! Naga memendam kemarahannya dalam hati. Naga tahu pasti, pria tadi adalah Bayu, kakak angkatan dari fakultas sebelah. Sudah banyak gosip beredar semenjak Naga masuk ke kampus itu. Bahkan, Nita, teman SMAnya yang kebetulan sefakultas dengan Bayu hampir tiap hari menggosipi pria ini. Kata Nita, Bayu sudah terkenal sebagai playboy di fakultas itu. Bahkan saat Nita bergosip, Naga tidak menyangka bahwa Bayu sudah punya pacar. Karena hampir tiap hari juga, Naga dan Nita yang seringnya pulang bareng mendapati Bayu membonceng beberapa wanita yang berbeda.  Kata Nita lagi, Bayu yang aktif di BEM fakultasnya itu memang terkenal baik dengan setiap wanita. Bahkan, beberapa teman kelas Nita sudah mendeklarasikan diri menjadi fans Bayu. Sayang, ternyata Bayu nggak baik sama pacarnya sendiri.
Setelah tangisan perempuan di depannya mereda, Naga mulai angkat bicara. Niatnya hanya mengantarkan pulang dan syukurnya Kirana mau. Keduanya kemudian berjalan dalam diam menuju mobil Naga. Malam itu terasa sangat panjang untuk Kirana.
Lusanya, Kirana yang sudah mulai masuk kelas pertamanya sebagai mahasiswa bersiap-siap di depan cermin. Kakaknya, Dewi, berteriak dari ruang makan mengajak Kirana untuk sarapan dulu sebelum berangkat ke kampus. Kirana hanya mengikuti ajakan Dewi dengan senang hati kemudian setelahnya segera menuju ke kampus dengan ojek.

Beberapa mahasiswi berbisik-bisik seiring dengan Kirana yang melewati koridor gedung P. Tidak keras, tapi Kirana tahu pasti apa isi bisikannya. Naga yang ternyata ada di belakang Kirana, berlari menuju ke arahnya. Keduanya hanya melemparkan senyuman setelah Naga berhasil menjajari Kirana. Gila ya, baru juga kelar ospek, anak baru udah berulah aja. Iya itu kan mantannya si Bayu, baru kemarin putus udah aja sama cowok lain. Gue tau sih Bayu juga baik sama semua cewek, tapi ini sih keterlaluan ya. Mukanya aja polos, etapi ternyataaaa. Bisikan-bisikan itu masuk ke telinga Kirana. Naga yang tentu juga mendengarnya dengan sigap menutup telinga Kirana. Tanpa berbicara apapun, Naga hanya segera mendorong Kirana agar cepat menuju kelas sambil menatap tajam pada para penggosip yang entah dari mana dapat gosip murahan semacam itu.

Next

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 2 - Healing Time

Produktif

Review Makanan - Special Malang